LOMBOK TENGAH – Mahasiswa Universitas Mataram (Unram) bersama BMKG NTB dan BPBD NTB menggelar sosialisasi dan mitigasi bencana alam. Kegiatan tersebut berlangsung di Dusun Lentek I, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), 28 Januari 2023.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi menyampaikan, tingginya intensitas hujan terjadi pada bulan Desember hingga Februari. Sehingga, pihaknya menekankan kepada masyarakat agar sebisa mungkin mengurangi kegiatan di luar rumah, khususnya masyarakat yang berada di daerah rawan bencana.
“Masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana harus tetap waspada. Karena bencana banjir, longsor, kekeringan, angin kencang dan gempa bumi bisa terjadi kapan saja,” tegasnya.
Dikatakannya, tujuan dari sosialisasi tersebut untuk memberikan informasi tentang bencana. Artinya, melalui kegiatan itu, masyarakat nantinya bisa memiliki kesiap-siagaan dan mengenali serta bisa memprediksi kapan bencana itu akan terjadi.
“Masyarakat juga harus update informasi melalui aplikasi Info BMKG,” ujarnya.
Ditempat yang sama, Kabid Penanggulangan Bencana BPBD NTB, Mustakim mengatakan, masyarakat harus terus meningkatkan kesadaran dan melakukan gerakan-gerakan sosialisasi untuk mengurangi bencana alam tersebut.
Bahkan melalui Desa Tangguh Bencana (Destana), sosialisasi yang berkaitan dengan bencana alam harus terus digaungkan di semua wilayah.
“Kegiatan mahasiswa KKN Tematik Unram ini sangat bagus. Disini kita bisa duduk bersama dan bertukar pikiran untuk memberikan pemahaman ke masyarakat terkait bencana,” terangnya.
“Pemerintah desa harus tetap melanjutkan kegiatan serupa, agar hal ini bisa disampaikan secara merata ke semua dusun. Bila perlu, desa harus membentuk tim tagana yang siap membantu mengevakuasi masyarakat saat terjadi bencana,” sambung Ketua Prodi Magister Mitigasi Bencana Universitas Mataram dan DPL KKN, Teti Zubaidah.
Sementara itu, Kepala Desa Rembitan, Lalu Minaksa berharap agar sosialisasi dan mitigasi ini bisa menambah wawasan dan pemahaman masyarakat terkait bencana alam. Sehingga ketika terjadi bencana, tingkat kesiap-siagaan sudah maksimal.
“Ini penting. Karena nanti masyarakat menjadi lebih paham dan siap siaga menghadapi bencana yang bisa saja terjadi di masing-masing wilayah,” tandasnya. (red)