Pathul Bahri : Bau Nyale Ajang Promosikan Budaya Sasak

LOMBOK TENGAH – Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Sasak sejak turun-temurun. Tradisi menangkap cacing laut itu sudah kental di tengah masyarakat. Bahkan event Bau Nyale tersebut telah ditetapkan menjadi kalender event nasional.

Bupati Lombok Tengah (Loteng), HL. Pathul Bahri menyampaikan, event Bau Nyale ini harus bisa dikemas sebaik mungkin. Artinya, selain menjadi tradisi yang sudah berjalan sejak ratusan tahun silam, hal ini juga dapat dijadikan sebagai ajang untuk mempromosikan budaya Sasak kepada para wisatawan, baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara.

“Event Bau Nyale ini peluang bagi kita untuk memperkenalkan pada dunia terkait budaya dan tradisi yang dimiliki masyarakat Loteng dan NTB pada umumnya,” ujar Pathul Bahri saat membuka acara malam puncak festival Bau Nyale di Pantai Tanjung An, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Jum’at 10 Februari 2023.

Dikatakannya, saat ini masyarakat dari berbagai wilayah berkumpul untuk menyambut perayaan festival Bau Nyale di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Bahkan selain untuk menangkap Nyale, tujuan mereka juga untuk menikmati berbagai rangkaian kegiatan, seperti pertunjukan tradisi dan budaya, sejarah tentang Putri Mandalika, serta pemandangan indah lainnya.

“Hampir setiap tahun perayaan, antusias masyarakat sangat tinggi. Bahkan masyarakat dari luar Loteng juga ikut tumpah ruah di event Bau Nyale ini,” terangnya.

Dalam hal itu, ia juga meminta agar penyelenggaraan festival Bau Nyale tersebut tidak keluar dari konteks tradisi dan budaya. Agar hal itu bisa terus dipertahankan hingga ke generasi-generasi selanjutnya.

“Kita harus terus bekerjasama menjaga dan mempertahankan kearifan lokal yang dimiliki saat ini. Event Bau Nyale ini harus tetap berkesan dan membawa manfaat bagi masyarakat,” tegasnya.

Ditempat yang sama, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Vincentius Jemadu menyampaikan, perayaan event Bau Nyale tersebut harus menjadi trend untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.

Sehingga, masyarakat harus bisa menciptakan nuansa baru tanpa harus meninggalkan tradisi dan budaya yang ada. Sebab, trend wisata adalah mencari keunikan. Apalagi tradisi menangkap cacing laut ini dapat menarik minat wisatawan dari berbagai daerah, hingga luar negri.

“Wisatawan itu butuhnya yang unik-unik. Apalagi mereka yang dari luar sangat menyukai itu. Jadi ini peluang bagi kita semua untuk memperkenalkan daerah dikancah dunia,” terangnya.

“Spirit pengorbanan yang dicontohkan Putri Mandalika, menjadi motivasi bagi masyarakat Kuta yang telah menyerahkan lahannya untuk dikelola. Agar bisa mendatangkan kesejahteraan bagi semua pihak,” ujar Sekda NTB, HL. Gita Ariadi saat menyampaikan sambutan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *