LOMBOK TIMUR – Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok menggelar pendidikan dan pelatihan teknis pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) dasar berbasis kompensasi tanggal 26-27 Juli 2024 di Desa Wisata Kembang Kuning Kabupaten Lombok Timur.
Kegiatan tersebut sekaligus lanjutan studi lapangan untuk mengangkat pariwisata di NTB, dan diikuti 30 peserta utusan dari seluruh Dinas Pariwisata di NTB dan Dinas Pariwisata di Provinsi Kalimantan.
Direktur Poltekpar Lombok, Dr. Ali Muhtasom menyampaikan, kegiatan itu diinisiasi Politeknik Pariwisata Lombok berkerjasama dengan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pariwisata Kemenparekraf/Baparekraf RI. Tujuannya untuk mengaplikasikan materi pembelajaran yang telah diberikan oleh para fasilitator selama pelatihan.
“Selama di Desa Wisata Kembang Kuning, para peserta diberikan kesempatan untuk mempelajari bagaimana pengelolaan homestay, proses pembuatan kopi tradisional dan minyak tradisional dari kelompok sadar wisata Desa Kembang Kuning,” kata Ali Muhtasom, Kamis (01/08/2024).
Selain itu, para peserta diberikan kesempatan untuk berkunjung ke destinasi wisata alam favorit, yaitu Air Terjun Sarang Walet dan Kolam Alam. Kegiatan pembelajaran dan aktivitas lapangan ini bertujuan untuk mendukung penyusunan proposal studi lapangan.
“Tujuan diklat utamanya adalah meningkatkan kompetensi bidang Parekraf bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) agar mampu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya yang bergerak di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif,” terangnya.
Dijelaskannya, karena berbasis kompetensi, maka semua materi yang diajarkan kepada peserta sesuai rencana capaian pembelajaran. Adapun tujuan diselenggarakannya diklat parekraf tingkat dasar berbasis kompetensi yaitu, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan bagi para peserta, agar dapat bekerja secara efektif di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Kemudian meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor parekraf, agar mereka siap menghadapi tantangan dan tuntutan industri yang semakin berkembang. Meningkatkan daya saing, tenaga kerja di sektor parekraf dengan memastikan mereka memiliki kompetensi yang diakui secara nasional maupun internasional.
Selanjutnya, meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisatawan dan pelanggan dengan memberikan pelatihan yang fokus pada standar layanan dan kepuasan pelanggan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan sektor parekraf yang berkualitas dan berkelanjutan.
Tidak hanya itu, lanjut Ali, menyiapkan tenaga kerja profesional dan siap kerja, yang mampu beradaptasi dengan perkembangan dan kebutuhan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Penting juga peningkatan kesadaran lingkungan dan budaya, dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan budaya dalam pengembangan parekraf.
Hal itu disebabkan karena saat ini pariwisata di NTB menunjukkan potensi besar dengan keindahan alam, seperti pantai, pegunungan, dan budaya lokal yang unik. Namun, beberapa hal perlu dibangun dan ditingkatkan untuk memaksimalkan potensi tersebut, seperti promosi dan pemasaran.
“Hal ini harus ada upaya promosi secara digital dan konvensional untuk menarik wisatawan domestik dan internasional,” jelasnya.
Tentu dibarengi SDM dan pelatihan dengan meningkatkan keterampilan dan kompetensi pekerja di sektor pariwisata melalui pelatihan berbasis kompetensi. Tidak itu saja, harus ada pengelolaan lingkungan yang mengadopsi praktik pariwisata berkelanjutan untuk menjaga kelestarian alam dan budaya lokal.
Bicara pariwisata, lanjutnya, perlu juga diverifikasi destinasi dengan mengembangkan destinasi wisata baru, selain yang sudah terkenal seperti Lombok dan Gili Trawangan untuk menyebar arus wisatawan.
Penting juga aksesibilitas pariwisata. Misalnya transportasi udara, dimana Bandara Internasional Lombok sudah ada, tetapi perlu peningkatan dalam jumlah dan kualitas penerbangan, terutama penerbangan langsung dari berbagai kota besar di Indonesia dan luar negeri. Kemudian transportasi darat, banyak jalan menuju destinasi wisata yang kurang memadai, dengan kondisi jalan yang rusak atau tidak terawat.
“Begitu juga transportasi laut, meskipun ada beberapa pelabuhan, transportasi laut antar pulau masih terbatas dan seringkali tidak terjadwal dengan baik,” sebutnya.
Adapun solusi untuk meningkatkan aksesibilitas pariwisata di NTB yakni peningkatan Infrastruktur jalan, dimana pemerintah perlu memperbaiki dan membangun jalan yang menghubungkan destinasi wisata utama dengan kota-kota besar dan bandara. Pengembangan Bandara dengan meningkatkan fasilitas dan layanan di Bandara Internasional Lombok serta mengupayakan penambahan rute penerbangan langsung.
Begitu halnya transportasi Laut perlu ditingkatkan frekuensi dan kualitas layanan feri serta kapal cepat antar pulau untuk mempermudah akses wisatawan. Sarana transportasi publik harus disediakan dan memperbaiki transportasi publik seperti bus wisata yang terjangkau dan nyaman untuk wisatawan.
“Penerapan teknologi tidak bisa dikesampingkan. Perlu menggunakan aplikasi dan teknologi digital untuk menyediakan informasi real-time tentang transportasi dan akses ke destinasi wisata. Dengan fokus pada aspek-aspek ini, pariwisata di NTB dapat berkembang lebih baik dan berkelanjutan,” pungkasnya. |df