Komisi IV DPRD Loteng Minta MBG Diprioritaskan di Wilayah Terpencil

LOMBOK TENGAH – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum menyasar ke sekolah yang ada di wilayah miskin dan terpencil.  Jumlah dapur umum atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) selaku penyedia program MBG yang masih sangat minim menjadi salah satu penyebabnya.

Saat ini, program MBG di Lombok Tengah(Loteng) telah dimulai di beberapa kecamatan. Sebanyak delapan dapur umum telah mulai menyalurkan MBG bagi siswa yang menjadi sasaran.

Sejauh ini, data jumlah siswa yang telah menerima MBG sebanyak 26.202 siswa. Sementara jumlah siswa yang tercatat dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) berjumlah 295.688 siswa.

Dapur umum atau SPPG rata-rata menangani 3.000 lebih siswa. Jika dikalkulasi sekitar 269.486 siswa di belum menikmati program MBG tersebut. Angka itu belum termasuk balita dan ibu hamil yang turut menjadi sasaran program tersebut.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Loteng, Wirwan Hamzani mengatakan, dengan masih terbatasnya jumlah dapur umum, mestinya program ini terlebih dahulu menyasar sekolah yang ada di wilayah terpencil.

“Sasaran MBG ini jangan hanya di kota saja, tetapi juga siswa di pelosok. Terutama siswa yang kondisi ekonominya di bawah garis kemiskinan,” kata Wirwan Hamzani, Rabu (19/02/2025).

Menurutnya, pelaksanaan program ini juga harus mengutamakan pemberian MBG kepada siswa-siswa yang berpotensi stunting. Sebab, program yang digaungkan Presiden Prabowo tersebut harus dilaksanakan secara merata dan maksimal serta tidak tumpang tindih.

“Sekolah-sekolah yang ada di pelosok juga harus disisir, sehingga masyarakat disana tau ini adalah program pemerintah,” ujar politisi NasDem ini.

Terlebih, masyarakat di pelosok selama ini terbatas menerima informasi, baik melalui pemberitaan maupun media sosial. Sehingga dirinya berharap jumlah dapur umum MBG terus bertambah agar pelaksanaannya bisa berjalan maksimal dan merata.

“Kalau tidak bisa ada di setiap desa, setidaknya dapur umum ini ada di tiap kecamatan. Karena dengan jumlah dapur umum yang memadai, siswa yang ada di pelosok dapat terjangkau dan didistribusikan tepat waktu. |df

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *