LOMBOK TENGAH – Sejumlah proyek pembangunan gedung di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) terbengkalai di masa kepemimpinan Pathul-Nursiah. Bahkan, anggaran beberapa program pembangunan gedung tersebut tidak tanggung -tangung mencapai miliaran rupiah. Namun demikian, hingga sekarang gedung tersebut masih belum dikelola dengan baik.Bahkan, ada gedung karena belum ditempai kondisinya sudah rusak.
Adapun beberapa pembangunan gedung dari pusat itu diantaranya, pasar seni Sengkerang, Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur, gedung pengelolaan sarang walet dan gedung KHIT yang ada di Desa Barabali, Kecamatan Batukliang, PLUT, Pasar Jelojok, Pasar Renteng dan gedung pengelolaan tepung tapioka.
Anggota DPRD Loteng, Yasir Amrillah membenarkan bahwa banyak proyek pembangunan gedung dengan pagu anggaran miliaran, masih terbengkalai di bawah kepemimpinan Pathul-Nursiah. Hal itu terjadi karena perencanaan program pembangunan yang tidak dijalankan dengan baik. “Banyak bangunan yang dibuat tanpa perencanaan yang baik oleh Pemda. Sehingga akibatnya banyak bangunan yang sekarang masih terbengkalai alias belum dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” tuturnya.
Menurutnya, persoalan ini harus menjadi pembelajaran bagi semua pihak kedepanya. Bahwa setiap program pembanguan tersebut harus melalui perencanaan yang sangat matang. Sehingga program pembangunan itu juga kedepanya langsung dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Tidak hanya itu, pihaknya juga merasa bingung dengan pemerintah ini. Kenapa alokasi anggaran yang begitu besar peruntukkan untuk gedung -gedung seperti ini. Padahal, banyak kebutuhan masyarakat yang paling urgen menjadi prioritas pemerintah. “Banyak kebutuhan masyarakat yang sangat urgen seharusnya dimenjadi sekola prioritaskan. Tapi ini tidak pernah dilakukan,” ungkapnya.
Sebelumnya Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi (Bapprinda) Loteng, Lalu Wiranata mengakui, bahwa banyak gedung fasilitas yang dibangun dari sumber anggaran pemerintah pusat belum bisa dikelola maupun di manfaatkan dengan baik oleh Pemda Loteng. “Ya betul kita yang meminta pembangunan. Namun kita belum bisa mengelola dengan baik hingga sekarang. Alasanya karena beberapa kendala,” terangnya.
Ia menegaskan, anggaran untuk pembangunan beberapa gedung fasilitas tersebut kebanyakan bersumber dari DAK. Bahkan, rata -rata anggaranya masing-masing mencapai miliaran. Seperti salah satunya pembangunan gedung produksi tepung tapioka. Untuk pembangunan gedung saja menghabiskan anggaran Rp 7 Miliar. Kemudian, untuk anggaran peralatanya Rp 4 miliar.
Belum lagi pembangunan pasar seni Sengkerang, gedung pengelolaan sarang walet dan gedung KHIT, PLUT, Pasar Jelojok, Pasar Renteng, anggaranya terbilang cukup pantastis. “Kita jadi tidak enak dengan pemerintah pusat. Kita banyak dibangunkan fasilitas tapi kita belum bisa mengelola dengan baik,” pungkasnya. |df